Minggu, 27 Desember 2020

mukena

pakaian muslimah
 silahkan hubungi wa.085275427379

mukena renda jarum 150 k
bahan : kain silk lembut



mukena khadijah dewasa 150 k
Mukena Hadijah bahan katun Twill bahan halus anti kusut adem dan nyaman dipakai. Mukena ini sekarang lagi trend dimalaysia dan mewabah ke Indonesia. Ukuran : Panjang mukena Bagian depan 113 cm Panjang mukena Bagian Belakang 135 cm. Panjang Kain Bawahan + Renda 117 cm ,lebar keliling 140 cm. Tersedia Warna khusus, banyak warna


mukena rayon 135 K
-Ukuran All Size
-Setelan Atasan + Bawahan + Tas
-Bahan: Katun Rayon Super No.1 (TEBAL NAMUN DINGIN DAN NYAMAN DIPAKAI)
-Ukuran: (KURANG LEBIH BUKAN PASTI 100%)
- Panjang Atasan : 120cm
- Panjang Rok : 110 cm
- Lebar Rok: 70 cm
tersedia warna salem, kunyit mateng, hitam, hijau botol



mukena batik 135 k
bahan: kain batik lembut, halus, adem dan nyaman dipakai sholat


mukena anak khadijah untuk kelas 4 (anak gadis tanggung) 130 K
bahan kain katun, nyaman dipakai serta elegan
tersedia warna, army(hijau muda), navy(biru black), hijau botol


mukena anak kecil (kelas 1) 105 K


wa. 085275427379
fb. neni juliana
alamat. jl. budi utomo 269 kisaran sumut
email: neni.juliana.12.ar@gmail.com












Minggu, 18 Oktober 2020

tugas mengukur panjang, lebar,

 Gambarkan denagn pensil atau foto print seekor ikan, tulis nama ikan tersebut lengkap dengan nama ilmiahnya, gunakanlah mistar, ukurlah berapa panjang badan dimulai dari ujung mulut sampai dengan ujung ekor, ukurlah lebar badan ikan dari badan bawah sampai sampai sirip atas/punggung setelah di rentangkan.

KLASIFIKASI JAMUR

 

Pengertian Jamur (Fungi) Menurut Para Ahli

1. Gandjar dkk (2006)

Menurut Gandjar dkk (2006) menyatakan bahwa : jamur atau fungi adalah sel eukariotik yang tidak memiliki klorofil, tumbuh sebagai hifa, memiliki dinding sel yang mengandung kitin, bersifat heterotrof, menyerap nutrien melalui dinding selnya, dan mengekskresikan enzim ekstraselular ke lingkungan melalui spora, melakukan reproduksi seksual dan aseksual.


2. Campbell (2003)

Menurut Campbell (2003) menyatakan bahwa Fungi merupakan eukariota, dan sebagian besar adalah eukariota multiseluler. Meskipun fungi pernah dikelompokkan ke dalam kingdom tumbuhan, fungi adalah organisme unik yang umumnya berbeda dari eukariota lainnya ditinjau dari cara memperoleh makanan, organisasi struktural serta pertumbuhan dan reproduksi.


Ciri – Ciri Jamur (Fungi)

  • Tidak memiliki klorfil, sehingga jamur merupakan tumbuhan heterotrof  yang hidup sebagai parasit.
  • Mempunyai inti sejati
  • Tubuh terdiri atas satu sel atau banyak sel
  • Tubuh berapa benang-benang halus yang disebut hifa.
  • Tubuh belum dapat dibedakan antara akar, batang, dan daun (thallus).
  • Menyimpan makanan dalam bentuk glikogen.
  • Dinding sel tersusun oleh zat kitin.
  • Berkembang biak dengan membentuk spora, membelah diri, dan fragmentasi.

Struktur Tubuh Jamur (Fungi)

  • Struktur tubuh fungi yaitu terdiri atas sel eukariotik yang tersusun oleh sebuah dinding sel yang mengandung zat kitin. Uniknya zat kitin pada jamur mirip dengan sebuah zat kitin pada kerangka luar athropoda sobat. Zat kitin ini tersusun atas polisakarida, yang sifatnya kuat dan fleksibel.
  • Benang-benang halus yang tersusun di tubuh jamur disebut dengan hifa.
  • Hifa pada jamur bisa bercabang-cabang yang nantinya akan membentuk sebuah jaringan yang disebut dengan miselium.
  • Miselium ini yang akan membentuk sebuah jalinan hingga terbentuknya tubuh buah seperti pada jamur merang.
  • Selain itu, hifa pada jamur juga mempunyai pembatas atau sekat antar sel yang disebut dengan septa. Septa pada jamur mempunyai pori yang cukup besar sehingga organel sel bisa mengalir dari sel ke sel lainnya.
  • Pada beberapa jenis jamur, hifa tidak mempunyai sekat yang disebut dengan hifa asepta. Hifa ini adalah massa sitoplasma yang panjang dan mengandung ratusan hingga ribuan nucleus yang disebut dengan hifa senositik. Inti sel yang jumlahnya banyak dikarenakan pembelahan inti sel yang berulang tanpa disertai pembelahan sitoplasma.
  • Adapun hifa yang bercabang-cabang dan membentuk miselium memungkinkan jamur mengabsorbsi nutrisi lebih banyak.
  • Jamur yang bersifat parasitisme mempunyai hifa yang termodifikasi yang dinamakan dengan haustorium.
  • Nah, haustorium ini mempunyai ujung yang fungsinya menembus jaringan host dan mengabsorbsi nutrisi dari host.
  • Adapun hifa pada sebagian miselium berdiferensiasi membentuk sebuah alat reproduksi yang fungsinya menghasilkan spora. Miselium ini dinamakan dengan miselium generative.

Reproduksi Jamur (Fungi)

Spora fungi mempunyai berbagai bentuk dan ukuran, dan bisa dihasilkan secara seksual maupun aseksual. Pada umumnya spora yaitu organisme uniseluler , tetapi ada juga spora multiseluler. Spora dihasilkan di dalam atau dari struktur hifa yang terspesalisasi.

Ketika kondisi lingkngan memungkinkan, pertumbuhan yang cepat, fungi mengklon diri mereka sendiri dengan cara menghasilkan banyak sekal spora secara aseksual. Terbawa oleh angin atau air, spora-spora tersebut berkecamabh jika berada pada tempat yang lembab pada permukaan yang sesuai (Campbell 2003).

Menurut Pelczar (1986), bahwa spora seksual yang dihasilkan dari peleburan dua nukleus. Ada beberapa spora seksual yaitu sebagai berikut :

  • Aksospora: Spora bersel satu ini terbentuk di dalam pundi atau kantung yang dinamakan askus. Biasanya terdapat delapan askospora di dalam setiap askus.
  • Basidiospora: Spora bersel satu ini terbentuk di atas struktur berbentuk gada yang dinamakan basidium.
  • Zigospora: merupakan spora besar berdinding tebal yang terbentuk apabila ujung-ujung dua hifa yang secara seksual serasi, disebut juga gametangin, pada beberapa cendawan melebur.
  • Oospora: Spora ini terbentuk di dalam struktur betina khusus yang disebut ooginium, pembuahan telur atau oosfer oleh gamet jantan yang terbentuk di dalam anteredium mengasilkan oospora.

Klasifikasi Jamur (Fungi)

1. Zygomycota

Zygomycota adalah Salah satu jenis Fungi (Jamur) yang memiliki bentuk Spora dengan berdinding tebal (Zygospora). Organisme ini pada umumnya, tumbuh berkembang pada daratan sebagai Saprofit yang tidak memiliki Klorofil, memiliki Hifa yang tidak bersekat (Septum) dan memiliki banyak Inti Sel. Baca Juga Lengkap : Zygomycota

Zygomycota ini Berkembang Biak secara Vegetative, yaitu Terbentuk sebagai Aplanospora yang tumbuh berkembang pada Ekosistem Daratan, dan Zoospore yang tumbuh berkembang pada Ekosistem Perairan. Sedangkan Zygomycota yang Berkembang Biak secara Generative, yaitu Dengan membentuk Oogami atau Gametaniogami.

Zygomycota

Ciri – Ciri Zygomycota

Zygomycota memiliki ciri-ciri :

  • Hidup sebagai saprofit
  • Tubuh bersel banyak, hifa membentuk anyaman (miselium) yang tidak bersekat.
  • Reproduksi aseksual dengan membentuk spora, sedangkan reproduksi seksual dengan konjungsi antara dua hifa yang menghasilkan zigospora
  • Hampir semua anggotanya hidup didarat.

Contoh  Zygomycota

  • Rhizopus Stoloniferus, untuk membuat tempe
  • Rhizopus Nigricans, jamur roti penghasil asam fumarat.
  • Pilobolus Adalah salah satu jamur yang biasa hidup pada kotoran hewan yang telah terdekomposisi. Jamur ini tidak dapat bereproduksi tanpa adanya bantuan cahaya. Jamur ini menunjukkan respon positif terhadap cahaya.
  • Mucor mucedo Hidup pada kotoran ternak
  • Rhizopus nigricans Menghasilkan asam fumarat, pemasak buah
  • Rhizopus nodusus Menghasilkan asam laktat.

2. Ascomycota 

Ascomycota adalah Salah satu jenis Fungi (Jamur) berbentuk berupa Spora, yang terbentuk dalam perkembangbiakan secara Generative (Seksual).

Spora ini terbentuk di dalam Sel Gelembung, dan memiliki bentuk wujud seperti Kantung yang disebut Askus. Lalu Spora dalam Sel Gelembung tersebut akan menghasilkan Askospora.

Ascomycota

Ciri – Ciri Ascomycota 

Ascomycota memiliki ciri-ciri :

  • Mempunyai struktur khusus yang disebut askus (kantong)
  • Tubuh ada yang uniseluler dan ada yang multiseluler
  • Hifanya bersekat dan berinti banyak.
  • Hidupnya ada yang parasit, saporfit, ada yang bersimbosis dengan ganggang membentuk Lichenes (lumut kerak).
  • Reproduksi secara vegetatif dengan membentuk tunas-tunas, pada multiseluler membentuk spora dari konidia. Secara generatif dengan membentuk askus yang meghasilkan askospora.

Contoh Ascomycota :

  • Sacharomyces cerevisae (ragi) untuk membuat bir, roti maupun alkohol.
  • Penicillium notatumn dan Penicellium chrysogenum, penghasil antibiotik penisilin.
  • Aspergillus wentii untuk membuat kecap

3. Basidiomycota

Basidiomycota adalah Salah satu jenis Fungi (Jamur) yang memiliki bentuk tubuh besar (Makroskopis), memiliki Spora yang terbentuk dalam Basidium, dan setiap Basidium memiliki 4 macam Basidiospora.

Basidiomycota ini berkembang biak secara Vegetative, yaitu Dengan membentuk Fragmentasi Hifa, sedangkan jenis Basidiomycota yang berkembang biak secara Generative, yaitu Dengan membentuk Basidiospora pada Basidium.

Proses pertumbuhan pada Basidiomycota, yaitu Dimulai dengan perkembangan pada Spora Basidium atau Konidium, setelah itu Spora Basidium tersebut, akan berubah menjadi Benang Hifa yang memiliki Sekat (Septum) dengan Satu Membran Inti Sel, kemudian Hifa tersebut akan membentuk berupa Miselium.

Basidiomycota

Ciri – Ciri Basidiomycota

Basidiomycota memiliki ciri-ciri yaitu sebagai berikut :

  • Memiliki miselium yang bersekat-sekat, dari miselium tumbuh tubuh buah (basidokrap) yang beraneka ragam bentuknya.
  • Dalam basidiokarp terdapat jalinan-jalinan benang hifa. Jika benang hifa yang bermuatan positif bertemu dengan basidium yang bermuatan negatif, maka akan terjadi plasmogami dan membentuk miselium dikariotik.
  • Ujung miselium menggelembung membentuk basidium untuk memproduksi empat spora bertangkai.
  • Berkembang biak secara seksual dengan basidiospora dan aseksual dengan konidispora.
  • Kebanyakan berukuran makroskopis, hidup sebagai parasit dan saprofit

Contoh Basidiomycota :

  • Volvariela volvacae (Jamur merang), dapat dimakan dan sudah dibudidayakan.
  • Auricularia polytricha (jamur kuping) Bisa dikonsumsi dan dapat dibudidayakan.
  • Amanita phalloides dan Amanita muscaria (jamur beracun), habitat didaerah subtropis.
  • Ustilago maydis (Jamur api), banyak terdapat pada batang kayu.

4. Deuteromycota

Deuteromycota adalah Salah satu jenis Fungi (Jamur) yang belum diketahui, cara Bereproduksi Seksualnya. Karena hal tersebut Deuteromycota ini merupakan Jamur yang tidak sempurna, bersifat Saprofit pada materi Senyawa Organik.

Sebagian besar hidup sebagai Parasit pada Tumbuhan tingkat tinggi, sebagai penyebab utama rusaknya beberapa Tanaman Budidaya, menimbulkan pelapukan pada Pohon Berkayu, dan juga dapat menimbulkan penyakit pada Manusia.

Deuteromycota

Ciri – Ciri Deuteromycota

Deuteromycota memiliki ciri-ciri yaitu sebagai berikut :

  • Jamur tak sempurna fungi (imferfecti)
  • karena Belum diketahui cara reproduksi generatifnya.
  • Perkembangbiakan aseksual dengan konidia.
  • Hifanya bersekat
  • Hidup sebagai saprofit dan parasit
  • Tubuh berukuran mikroskopis

Contoh Deuteromycota

  • Monillia sitophila (jamu oncom)
  • Ephidermophyton floocosum, menyebabkan penyakit pada kaki atlet.
  • Curvularia sp, hidup parasit pada tumbuhan
  • Microsporum sp, dan Trighophyton sp, menyebabkan penyakit kurap.


Selasa, 06 Oktober 2020

J A M U R

 Pengertian dan Morfologi Fungi

                   Fungi atau cendawan adalah organisme heterotrofik. Mereka memerlukan senyawa organik untuk nutrisinya. Fungi ada yang bersifat parasit dan ada yang bersifat saprofit. Bila mereka hidup dari benda organik mati yang terlarut, mereka disebut sporofit, dan bersifat parasit jika dalam memenuhi kebutuhan makanannya dengan mengambil dari benda hidup yang ditumpanginya. Fungi memiliki berbagai macam penampilan tertgantung pada spesiesnya (Pelczar, 2008).
                   Menurut Waluyo (2012), fungi tingkat tinggi maupun tingkat rendah mempunyai ciri yang khas, yakni berupa benang tunggal atau bercabang-cabang yang disebut hifa. Kumpulan dari hifa-hifa akan membentk miselium. Fungi merupakan organisme eukariotik yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1.      Mempunyai spora;
2.      Memproduksi spora;
3.      Tidak mempunyai klorofil sehingga tidak berfotosintesis;
4.      Dapat berkembang biak secara seksual dan aseksual;
5.      Tubuh berfilamen dan dinding sel mengandung kitin, glukan, selulosa, dan manan.

Reproduksi Fungi
Menurut Dianti (2014), reproduksi jamur dapat terjadi secara vegetatif (aseksual) maupun generatif (seksual). Pada umumnya, reproduksi secara generatif merupakan reproduksi darurat yang hanya terjadi bila terjadi perubahan kondisi lingkungan. Reproduksi secara generatif dapat menghasilkan keturunan dengan variasi genetik yang lebih tinggi dibanding dengan reproduksi secara vegetatif. Adanya variasi genetik ini memungkinkan dihasilkannya keturunan yang lebih adaptif bila terjadi perubahan kondisi lingkungan.
Reproduksi Secara Vegetatif
Reproduksi secara vegetative(aseksual) pada jamur bersel satu dilakukan dengan cara pembentukan tunas yang akan tumbuh menjadi individu baru. Sementara reproduksi secara vegetatif pada jamur multiseluler dilakukan dengan cara sebagai berikut.
  • Fragmentasi(pemutusan) hifa. Potongan hifa yang terpisah akan tumbuh menjadi jamur baru.
  • Pembentukan spora aseksual. Spora aseksual dapat berupa sporangiospora atau konidiospora.
Jamur jenis tertentu yang sudah dewasa menghasilkan sporangiofor (tangkai kotak spora). Pada ujung sporangiofor terdapat sporangium (kotak spora). Di dalam kotak spora terjadi pembelahan sel secara mitosis dan menghasilkan banyak sporangiospora dengan kromosom yang haploid (n). Jamur jenis lainnya yang sudah dewasa dapat menghasilkan konidiofor (tangkai konidium). Pada ujung konidiofor terdapat konidium (kotak konidiospora). Di dalam konidium terjadi pembelahan sel secara mitosis dan menghasilkan banyak konidiospora dengan kromosom yang haploid (n). Baik sporangiospora maupun konidiospora, bila jatuh di tempat yang cocok, akan tumbuh menjadi hifa baru yang haploid (n).

Kebanyakan jamur bereproduksi secara seksual dan aseksual. Reproduksi aseksual terjadi ketika sel-sel hifa berpisah dari jamur dan mulai tumbuh sendiri. Beberapa jamur juga menghasilkan spora. Reproduksi seksual pada jamur biasanya melibatkan dua perkawinan yang berbeda jenis. Bukan jantan dan betina, tetapi (+) dan (-) karena kedua jenis mempunyai ukuran yang sama. Ketika dua jenis kawin ini bertemu, mereka melebur dan setelah masa pertumbuhan dan perkembangan, mereka membentuk zigot diploid yang memasuki meiosis. Hal ini menghasilkan spora haploid yang mampu tumbuh, dengan putaran berulang mitosis, menjadi organsims baru.
Reproduksi Secara Generatif
Reproduksi pada jamur secara generatif (seksual) dilakukan dengan pembentukan spora seksual melalui peleburan antara hifa yang berbeda jenis. Mekanismenya dapat diuraikan sebagai berikut.
  1. Hifa (+) dan hifa (-), masing-masing berkromosom haploid (n), berdekatan membentuk gametangium. Gametangium merupakan perluasan hifa.
  2. Gametangium mengalami plasmogami (peleburan sitoplasma) membentuk zigosporangium dikariotik (heterokariotik) dengan pasangan nukleus haploid yang belum bersatu. Zigosporangium memiliki lapisan dinding sel yang tebal dan kasar untuk bertahan pada kondisi buruk atau kering.
  3. Bila kondisi lingkungan membaik akan terjadi kariogami (peleburan inti) sehingga zigosporangium memiliki inti yang diploid (2n).
  4. Inti diploid zigosporangium segera mengalami pembelahan secara meiosis menghasilkan zigospora haploid (n) di dalam zigosporangium.
  5. Zigospora haploid (n) akan berkecambah membentuk sporangium bertangkai pendek dengan kromosom haploid (n).
  6. Sporangium haploid (n) akan menghasilkan spora spora yang haploid (n). Spora-spora ini memiliki keanekaragaman genetik.
  7. Bila spora-spora haploid (n) jatuh di tempat yang cocok, maka akan berkecambah (germinasi) menjadi hifa jamur yang haploid (n). Hifa akan tumbuh membentuk jaringan miselium yang semuanya haploid (n).
Klasifikasi Fungi
Menurut Alexocopoulus (1962) dalam R.S. Mehrotra dan K.R. Aneja (2005), thallophyta yang tidak berklorofil dibagi atas:
1.      Phylum Schizomycophyta (Bakteri)
2.      Phylum Myxomycophyta (Jamur lender)
3.      Phylum Eumycophyta (Jamur benar)
Phylum Eumycophyta (Jamur benar) terbagi atas 4 kelas, yaitu:
1.      Kelas Phychomycetes
2.      Kelas Aschomycetes
3.      Kelas Deuteromycetes atau fungi imperfect (jamur tidak sempurna)
4.      Kelas Basidiomycete

gambar. jamur Tiram



Minggu, 04 Oktober 2020

KLASIFIKASI IKAN BERDASARKAN BENTUK DAN UKURAN

 Penggolongan Ikan dan Klasifikasi

Klasifikasi dan taksonomi merupakan salah satu hal penting dalam mempelajari ilmu perikanan. Mempelajari taksonomi berarti mengetahui pengelompokan suatu individu berdasarkan perbedaan dan persamaannya sedangkan taksonomi mempelajari tentang asal usul suatu individu.

A. Identifikasi dalam tingkat analitis

Identifikasi yang dilakukan merupakan identifikasi untuk mengenal ciri-ciri baik secara biologi maupun deskriptif dari suatu jenis ikan. Biasanya yang digunakan sebagai dasar dalam melakukan identifikasi adalah:

– Rumus sirip, yaitu rumus yang menggambarkan bentuk dan .jumlah jari-­jari sirip dan bentuk sirip yang merupakan ciri khusus.

–  Perbandingan antara panjang, lebar dan tinggi dari bagian-bagian tertentu atau antara bagian-bagian itu sendiri yang merupakan ciri umum.

– Bentuk garis rusuk dan jumlah sisik yang membentuk garis rusuk.

– Bentuk sirip dan gigi

– Tulang-tulang insang

Selama praktikum dilakukan beberapa jenis identifikasi pada beberapa jenis ikan yang terdiri atas:

1) Penghitungan jari-jari sirip

Sirip pada ikan terdiri dan pinna caudalis, dorsalis, pectoralis, vertbralis dan analis. Sirip-sirip tersebut tersusun atas jari jari sirip yang bersifa keras, lemah dan lemah mengeras. Tiap jenis sirip memiliki semua jenis jari-jari sirip tersebut atau hanya sebagian saja.

Penulisan jari jari sirip dikodekan berdasarkan letak sirip tersebut pada tubuh ikan. Jumlah jari-jari sirip dituliskan dalam angka Romawi besar untuk jari-jari sirip keras, angka Romawi kecil untuk jari-jari sirip lemah mengeras dan angka Arab untuk jari jari sirip lemah.

2) Garis rusuk lateral (Linea lateralis)

Salah satu obyek dalam sifat meristik adalah menghitung jumlah sisik yang ditalui oleh linea lateralis (1:1). Penghitungan sisik pada linea lateralis ini dimulai dari ujung anterior operculum terbelakang dan berakhir pada bagian caudal peduncle atau pangkal batang ekor. Jika terdapat lebih dari satu linea lateralis maka yang dihitung adalah yang sisik yang terletak di tengah. Seadainya linea lateralis tidak jelas ataupun tidak ada maka dihitung jumlah sisik di tempat biasanya garis rusuk tersebut berada.

3) Pengukuran tubuh ikan.

Ukuran dan perbandingan ukuran tubuh ikan dapat digunakan untuk melakukan penggolongan. Ukuran-ukuran ikan yang digunakan adalah:

a. Panjang total atau Total length (TL) diukur dari bagian mulut paling anterior sampai bagian sirip ekor paling posterior.

b. Panjang baku atau Standard length (SL) diukur dari bagian mulut paling anterior sampai pangkal batang ekor (caudal penducle)

c. Panjang sampai lekuk ekor atau l,‘ork length (FL) diukur dari bagian paling anterior sampai lekukan sirip ekor.

d. Panjang kepala atau Head length (HdL) diukur dari bagian kepala paling anterior sampai tutup insang paling posterior,

e. Panjang predorsal atau Pre-dorsal length (PreDL) diukur dari bagian kepala paling anterior sampai bagian anterior dasar sirip dorsal.

f. Panjang hidung atau Snout length (SntL) diukur dari bagian kepala paling anterior sampai kelopak mata paling anterior.

g. Panjang orbital belakang atau Post orbital length (Post-orbL) diukur dari bagian kelopak mata paling posterior sampai bagian tutup insang paling posterior.

h. Panjang mata atau Eve length (EyeL) diukur garis tengah dari rongga mata.

i. Panjang orbital atau Orbital length (OrbL) diukur jarak diantara kedua bagian terluar kelopak mata.

j. Panjang pangkal ekor atau Caudal penducle length (CPedL) diukur dari posterior dasar sirip anal sampai bagian pangkal batang ekor.

k. Tinggi badan adalah jarak terbesar antara dorsal dan ventral

l. Tinggi kepala adalah panjang garis tegak antara pertengahan kepala sebelah atas dengan pertengahan kepala sebelah bawah.

m. Tebal badan adalah jarak terbesar antara kedua sisi badan.

n. Tebal atau lebar kepala adalah jarak terbesar antara kedua keeping tutup insang pada kedua sisi kepala.

o. Tinggi pipi adalah jarak antara ringga mata dan bagian paling anterior dari keeping tutup insang terdepan (praeoperculum).

p. Tinggi bawah mata adalah jarak antara puiggir•an bawah rongga mata dengan rahang bawah.

q. Panjang rahang atas/bawah adalah jarak yang diukur dari ujung paling anterior sampai ujung paling posterior bertemu dengan badan, diukur melalui dasar sirip.

r. Panjang dasar sirip dadalperut adalah panjang terbesar menurut arah jari-jari sirip, dari pangkal sirip dada/sirip perut sampai puncak tertinggi sirip tersebut.

s. Tinggi sirip punggung adalah jarak antara pangkal sirip sampai puncak sirip.

B. Identifikasi dalam tingkat sintesis

Selain melakukan identifikasi dari suatu jenis ikan ikan langkah selanjutnya adalah menyusun kelompok – kelompok yang lebih tinggi dan menetapkan ciri – ­cirinya sehingga dapat diperoleh suatu klasifikasi untuk jenis ikan tersebut.