Jumat, 24 Februari 2023

Pembelajaran berbasis UDL dalam Kerangka Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. kurikulum 2013 dan kurikulum merdekaP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. kurikulum 2013 dan kurikulum merdeka terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum terbaru yang diluncurkan oleh Departemen Pendidikan Nasional mulai tahun 2013 ini sebagai bentuk pengembangan dari kurikulum sebelumnya yaitu kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang mencangkup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Hal ini senada dengan apa yag ditegaskan dalam pasal 1 ayat 29 Undang-Undang no. 20 tahun 2003 bahwa kurikulum merupakan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggara kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Standar Penilaian menyebutkan penilaian pendidikansebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaianhasil belajar peserta didik mencakup: penilaianotentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah. Harapan dari pemerintah mengenai penilaian sangat baik, yaitu anak dinilai secara otentik, meninggalkan subjektivitas guru. Selain penilaian, guru juga melakukan observasi pada setiap pembelajaran untuk melihat sikap peserta didik dalam memperoleh pembelajaran, keterampilan peserta didik dalam memecahkan masalah, dan juga pengetahuan yang di miliki oleh peserta didik. Sistem penilaian pada akhir semester atau rapor dalam Kurikulum 2013 menggunakan sistem narasi, sehingga nilai rapor tidak lagi berupa angka melainkan berupa deskripsi kemampuan peserta didik berdasarkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dimiliki pada setiap KD. SKL ( standar kompetensi lulus ) pada Kurikulum 2013 mencantumkan mengenai sikap, pengetahuan, dan keterampilan sehingga tidak ada peserta didik yang tidak naik kelas karena setiap peserta didik pasti memiliki kemampuan sendiri.

Supaya dapat memetakan kebutuhan siswa untuk belajar, Guru Pintar harus merencanakan strategi yang jitu supaya hasil yang dihasilkan juga akurat. Cara untuk memetakan kebutuhan dan karakteristik belajar siswa dapat dilakukan dengan membuat rancangan asesmen diagnostic, baik yang non kognitif maupun yang kognitif seperti berikut ini . Melakukan survey dengan menggunakan angket Mewawancarai siswa. Berkomunikasi dengan orang tua. Berkoordinasi dengan guru bimbingan konseling. Berkomunikasi dengan guru mata pelajaran lainya. Menganalisa hasil capaian nilai siswa pada waktu sebelumnya. memetakan kebutuhan belajar siswa dan cara menerapkan pembelajaran diferensiasi supaya setiap siswa mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna sesuai dengan kebutuhan mereka.

Guru Pintar harus memberikan pemahaman dan keterampilan yang sama kepada setiap siswa. Akan tetapi dengan dukungan, tantangan dan kompleksitas yang berbeda sesuai dengan kebutuhan masing-masing siswa. Guru Pintar dapat membuat sudut-sudut minat tempat dimana siswa akan memahami suatu konsep dan mendapatkan keterampilan yang sama dengan siswa lainnya tetapi disesuaikan dengan minatnya masing-masing. Guru Pintar juga dapat menyesuaikan dengan level kemampuan siswa dan mengeksplorasi sub materi sesuai minat mereka walaupun materi yang diajarkan sama. Caranya adalah dengan memberikan pertanyaan pancingan atau pertanyaan pemandu atau tantangan yang berbeda. Guru Pintar dapat membuat daftar pekerjaan umum di kelas dan agenda siswa secara individu. Siswa diarahkan dalam menyelesaikan pekerjaan umum dulu baru tugas individual.





 

Kamis, 23 Februari 2023

multiple means of engagement (prinsip keterlibatan)

 Dalam kontek desain universal untuk pembelajaran, tahapan advokasi dapat dilakukan dengan melakukan komunikasi secara persuasif dalam upaya membangun kesadaran bagi semua, baik guru maupun peserta didik mengenai konsep keberagaman. Tahap advokasi ini diharapkan dapat membangun kesadaran akan adanya kebutuhan yang beragam dari setiap peserta didik, rasa saling menghargai, percaya diri dan dapat memotivasi semua agar saling bersinergi guna melakukan perubahan dalam pembelajaran untuk keberhasilan bersama. Agar guru dapat memberikan akomodasi yang sesuai dengan keberagaman peserta didiknya, guru harus terlebih dahulu melakukan pemetaan mengenai keberagaman gaya belajar peserta didik, keberagaman minat, dan juga melakukan asesmen sehingga guru dapat mendapatkan profil belajar peserta didik guna mengetahui kebutuhan belajarnya. Berdasarkan data tersebut, guru dimotivasi untuk merancang berbagai akomodasi dalam pembelajaran yang dapat memenuhi kebutuhan peserta didik yang beragam. 

Macam-macam media pembelajaran diperlukan bagi pengajar untuk dapat membuat para siswanya semakin bersemangat dalam belajar. Media pembelajaran merupakan salah satu cara atau alat bantu yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Hal ini dilakukan untuk merangsang pola pembelajaran agar dapat menunjang keberhasilan dari proses belajar mengajar sehingga kegiatan belajar mengajar dapat efektif untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Banyak sekali macam-macam media pembelajaran yang bisa Anda manfaatkan. Apalagi di zaman sekarang ini peran teknologi sudah masuk ke berbagai aspek, termasuk dunia pendidikan. Media pembelajaran berfungsi di antaranya adalah untuk menarik minat siswa terhadap materi pembelajaran yang disajikan. Pada kenyataannya, media pembelajaran masih sering terabaikan dengan berbagai alasan. Hal ini sebenarnya tidak perlu terjadi jika setiap fasilitator telah mempunyai pengetahuan dan keterampilan mengenai media pembelajaran. 

 

 

Dalam penerapan prinsip multiple means of engagement (prinsip keterlibatan)mendorong guru untuk dapat menyediakan berbagai cara untuk mewujudkan keterlibatan semua peserta didik dikelas, menghadirkan berbagai sarana prasarana yang merepresentasi kebutuhan belajar peserta didik di kelas dan menyajikan berbagai cara tindakan serta ekspresi bagi seluruh peserta didik yang ada di dalam kelas. Penerapan prinsip multiple means of engagement (prinsip keterlibatan)penting dipahami oleh semua guru karena ini berkaitan dengan bagaimana memberikan layanan pembelajaran yang akomodatif serta menciptakan lingkungan belajar inklusif ramah pembelajaran sehingga dapat mampu membantu untuk dapat memaksimalkan keterlibatan semua peserta didikMenyediakan berbagai cara keterlibatan untuk mendukung pembelajaran afektif yaitu mengapa kita belajar. Penerapan prinsip keterlibatan ini tentu saja mempertimbangkan bagaimana melibatkan peserta didik guna merangsang minat dan memotivasi dalam belajar melalui kegiatan seperti pembelajaran kolaboratif, permainan dan simulasi. Prinsip prinsip multiple means of engagement (prinsip keterlibatan) yakni keterlibatan yang dilakukan di kelas khusus dengan mendesain aktifitas pembelajaran yang dikemas dalam bentuk permainan seperti menebak gambar, melengkapi gambar, melengkapi huruf yang hilang dan mengucapkan kata. Terlihat, peserta didik aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan semua peserta didik di dalam kelas berpartisipasi dalam pembelajaran. 

Prinsip-prinsip pembelajaran merupakam aspek kejiwaan yangperlu dipahami setiap pendidik selaku tenaga profesional yang memikultanggung jawab besar dalam mencerdaskan anak bangsa.Permasalahannya adalah bagaimana implikasi prinsip pembelajaranterhadap pendidik dan peserta didik. Permasalahan tersebut dikajidengan menggunakan metode library research selanjutnya penarikankesimpulan secara induktif dan deduktif.Prinsip-prinsip pembelajaran secara umum meliputi perhatiandan motivasi keaktifan, keterlibatan langsung, pengulangan, tantangan,perbedaan individu kesemuanya ini dapat berimplikasi terhadappelaksanaan proses pembelajaran. Implikasi terhadap pendidik danpeserta didik yang berhubungan dengan perhatian dan motivasi adalahtampak penguasaan bahan ajar dan penampilan yang menyenangkan.Bagi peserta didik sadar akan perlunya pengembangan secara rutin.Untuk keaktifan, implikasinya bagi pendidik adalah mengaktifkanmereka dengan memberi tugas, sedangkan bagi peserta didik adalahterwujudnya perilaku mencari sendiri sumber informasi yangdibutuhkan. Keterlibatan langsung, perilaku yang dapat terwujud adalahpeserta didik dapat mengerjakan sendiri tugas-tugas yang diberikansehingga dapat memperoleh pengalaman, bagi pendidik perlumerancang aktivitas pembelajaran individual dan kelompok kecil.Pengulangan, implikasinya terhadap pendidik, merancang kegiatanpengulangan yang variatif.


BERPIKIR EKSEKUTIF DALAM PEMBELAJARAN

 MENYEDIAKAN PILIHAN UNTUK BERPIKIR EKSEKUTIF

Salah satu kemampuan yang harus selalu digunakan peserta didik selama

pembelajaran berlangsung adalah kemampuan berpikir eksekutif. Kemampuan

berpikir eksekutif merupakan kemampuan mental dari peserta didik untuk

merencanakan pembelajaran, menerima pembelajaran, dan mengaplikasikan

pembelajaran yang sudah diperoleh. Kemampuan ini sangat perlu untuk diberikan

dukungan sehingga peserta didik dapat menyelesaikan pembelajaran dengan optimal.

Khususnya di kelas yang memiliki peserta didik yang beragam, dimana masingmasing


peserta didik memiliki tingkat kemampuan berpikir eksekutif yang berbeda.

 Untuk memastikan pembelajaran di kelas dapat berlangsung dengan memaksimalkan

kemampuan berpikir eksekutif masing-masing peserta didik, berikut adalah panduan

yang dapat diiikuti:

1. Memandu Pencapaian Tujuan yang Relevan

Dalam mencapai tujuan pembelajaran, peserta didik tentu perlu dibantu

sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Bantuan yang tidak maksimal

dapat berdampak pada pencapaian tujuan pembelajaran yang kurang optimal

pada peserta didik. Beberapa hal yang bisa dilakukan oleh guru sehingga

peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran adalah sebagai berikut: 

a. Menyediakan prompt dan dukungan berjenjang dalam memperkirakan usaha yang harus

dikeluarkan, sumber belajar, dan kesulitan yang akan dialami oleh peserta didik. Prompt dan dukungan

merupakan semua bantuan yang dapat diberikan guru untuk memastikan peserta didik dapat

memperkirakan hal-hal apa saja yang harus disiapkan, sumber belajar yang dapat diakses dan

kesulitan yang mungkin muncul dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Prompt dan dukungan dapat

berupa; bantuan fisik, pemodelan, visual, gestur dan verbal.

b. Menyediakan model atau contoh dari langkah-langkah dan produk yang sesuai dengan tujuan

pembelajaran. Guru hendaknya dapat memberikan model atau contoh dari produk yang diharapkan

dalam suatu tujuan pembelajaran. Sebagai contoh, dalam pembelajaran proyek membuat majalah

dinding, guru dapat memberikan berbagai contoh majalah dinding yang dapat menjadi referensi bagi

peserta didik. Kemudian guru dapat menjelaskan berbagai langkah untuk membuat majalah dinding.

c. Menyediakan panduan dan daftar cek untuk memandu pencapaian tujuan. Dalam tujuan

pembelajaran yang kompleks, alangkah baiknya guru dapat memecah tujuan tersebut ke tujuan-tujuan

yang lebih kecil. Tujuan tersebut kemudian dapat disusun menjadi daftar cek untuk peserta didik ketika

akan mencapai tujuan tersebut.

d. Memajang target, tujuan pembelajaran, dan jadwal di area yang mudah dilihat. Hal ini untuk

mempermudah peserta didik untuk dapat kembali memfokuskan pikirannya untuk mencapai tujuan

pembelajaran. 

3. Memfasilitasi Manajemen Informasi dan Sumber Belajar

Kemudahan dalam mengakses informasi dan sumber belajar secara murah dan singkat membuat

peserta didik mungkin merasa kewalahan ketika harus mencari informasi dan sumber belajar

untuk mendukung tugas yang sedang dikerjakan. Oleh karena itu, perlu bagi guru untuk belajar.





prinsip multiple means of representation

 

Menyediakan berbagai sarana yang representative untuk mendukung cara kita memberikan makna dalam pembelajaran seperti menyediakan konten melalui berbagai cara seperti diskusi, gambar, bacaan, teks digital ataupun presentasi. Penerapan prinsip aksi dan ekspresi dapat dilakukan dengan memgoptimalkan sarana prasarana yang ada di kelas seperti gambar-gambar, foto dari peserta didik dan gambar-gambar yang ada. Guru juga mengembangkan bahan ajar berupa lembar kerja yang berisi beragam variasi aktifitas pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan dan pemahaman peserta didik. Inovasi menjadi hal yang penting bagi guru agar dapat memfasilitasi peserta didik dalam belajar dengan menghadirkan sarana prasarana yang representatif untuk mendukung pembelajaran baik melalui pemanfaatan dan pengembangan media atau bahan ajar.



Rabu, 22 Februari 2023

U D L ( Universal Design for Learning )

 UDL bertujuan untuk membantu pendidik memfasilitasi penggunaan berbagai metode pembelajaran untuk menghilangkan hambatan belajar dan memberi semua peserta didik kesempatan yang sama untuk berhasil dalam proses pembelajaran. UDL bertujuan membangun fleksibilitas yang dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kebutuhan setiap peserta didik untuk bisa berpartisipasi dalam pembelajaran. Manfaat UDL bagi Peserta didik yaitu Memenuhi keberagaman kebutuhan peserta didik dengan mengurangi resiko hambatan belajar. Memberikan tantangan dan level kesulitan materi yang sesuai dengan keberagaman kemampuan peserta didik. Memungkinkan anak belajar sesuai dengan kecenderungan gaya belajar mereka. Memunculkan cara alternatif untuk peserta didik dalam menerima dan menyampaikan informasi tentang apa yang ia pelajari.

 

Ketika guru menggunakan metode representasi ini, mereka berharap semua peserta didik memahami bagaimana setiap diagram berhubungan dengan bentuk yang diwakilinya. Namun, metode ini tidak dapat diakses oleh peserta didik penyandang disabilitas cetak seperti ganguan penglihatan. Guru dapat mencoba untuk mengajar peserta didik dengan menggunakan salinan taktil dari diagram. Gambar taktil ini menunjukkan bagaimana suatu bentuk terlihat. Sebagai alternatif, guru dapat mempresentasikan konsep bentuk tiga dimensi dengan membuat model tiga dimensi dari kertas. Melipat kertas dapat memberikan pemahaman yang jelas kepada peserta didik penyandang disabilitas cetak tentang melihat bentuk utuh dari segi sisi, tepi, dan sudutnya. Selain itu, peserta didik lain di kelas yang sama mendapatkan kesempatan untuk melihat bentuk dengan cara yang berbeda, dan untuk terlibat dalam kegiatan belajar, bukan hanya mengamati.

  

Guru dapat menilai partisipasi berdasarkan dua elemen: komentar yang dibuat peserta didik secara lisan di kelas, dan tanggapan tertulis. Di kelas, peserta didik dapat memposting tanggapan ini di kelas mereka atau di papan buletin. Selain itu, peserta didik dapat memposting di forum diskusi online. Pilihan ini dapat membantu guru menilai peserta didik berdasarkan kekuatan mereka, bukan dengan cara yang merugikan mereka. Jika guru dapat menawarkan kedua pilihan untuk menilai partisipasi kelas, semua peserta didik memiliki kesempatan untuk mempraktikkan kedua bentuk komunikasi tersebut. Demikian pula, peserta didik dapat mengembangkan keterampilan komunikasi tertulis mereka. Guru dapat menetapkan nilai ini berdasarkan seberapa sering atau seberapa baik peserta didik berkontribusi dalam diskusi kelas. Namun, mendasarkan sebagian nilai hanya pada diskusi lisan dapat merugikan beberapa peserta didik. Misalnya, diskusi verbal mungkin tidak dapat diakses oleh peserta didik yang mempunyai hambatan komunikasi dan peserta didik yang membutuhkan lebih banyak waktu untuk memikirkan diskusi yang sedang berlangsung sebelum menanggapi.



Selasa, 21 Februari 2023

TESTIMONI INKLUSIF

 

dIREKTORAT GTK PENDIDIKAN MENENGAH DAN PENDIDIKAN KHUSUS

DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

KEMENDIKBUD

 

 

 

Testimoni peserta


BIMBINGAN TEKNIS PEMENUHAN GURU PEMBIMBING KHUSUS



Nama  : NENI JULIANA AR


Instansi

: SMK NEGERI 1 TANJUNGBALAI

Kab/Kota

: TANJUNGBALAI

Provinsi

: SUMATERA UTARA

Angkatan

: 3

Kelas

: GPK 3 - 23 B


Sampaikan  testimoni Bapak/Ibu Guru Hebat selama mengikuti Bimtek Pemenuhan Guru Pembimbing Khusus. Terimakasih.

Bimtek GKP yang berlangsung tanggal 24 September s/d 03 Oktober 2020 memberi kesan yang baik khususnya saya, saya jadi teringat dengan seorang siswa saya, kebetulan siswa saya itu sudah tamat 2 tahun yang lalu. Ia bernama Ahmad Fathoni, jurusan NKPI. Ketika penerimaan siswa baru, saya dan para guru yang lain sudah dapat menangkap bahwa Anak tersebut berkebutuhan khusus dari melihat cara berbicara dan wajah serta perawakannya, teringat pesan pak Kadis di daerah kami yang menjabat pada waku itu adalah Bapak Hamlet Sinambela, bahwa anak yang mendaftar ke suatu sekolah, berarti ia punya keinginan untuk bersekolah di sekolah tersebut, maka kami pun menerimanya. Seiring masa Orientasi siswa, ada Program Lomba Lari mengambil sampah dan dikumpulkan di suatu titik, nah ternyata Ahmad Fathoni juara 1, larinya sangat kencang, sehingga menarik perhatian kami para guru semua terutama guru olah raga pada saat itu, guru olahraga melihat bahwa ini anak punya bakat sebagai atlet Lari. Sehingga di kejuaraan tingkat Kota, untuk mewakili sekolah kami pada masa itu, dipilihlah Ahmad Fathoni. Dan ternyata memang terbukti ia punya bakat berlari sangat kencang, sayang prestasinya tidak di teruskan ke tingkat yang lebih tinggi, namun juara Lari di tingkat Kota sudah cukup mengangkat nama Sekolah, apalagi dapat menumbuhkan kepercayaan diri dari seorang Ahmad fathoni.

Saya sudah mencari foto ahmad fathoni ketika berlari, namun tidak ketemu karena kejadiannya sudah lama ditambah anak tersebut sudah 2 tahun tamat dari sekolah saya. Saya hanya bisa menampilkan foto profil yang saya copy dari akun fbnya. Belakangan ini saya ketahui dari temannya bahwa Ahmad Fathoni sudah buka usaha penggilingan batang sagu untuk dijadikan tepung sagu. Ada rasa haru bercampur bangga mendengar berita itu.

Terimakasih saya ucapkan kepada bapak Narasumber Bpk Suhendar M.Pd , Ibu Tasya sebagai instruktur, dan bapak Sukmaditha selaku admin.

Catatan : silahkan lampirkan dokumentasi ketika dalam melaksanakan tugas bimtek GPK (jika ada)

 
      

Ahmad Fathoni nomor 2 dari kanan memakai jubbah warna putih, melipatkan tangan ke dada.

Minggu, 05 Februari 2023

PEMIJAHAN IKAN

Teknik Pemijahan

        Teknik pemijahan merupakan proses perkawinan yang terjadi antara indukan jantan dan indukan betina yang mengeluarkan sel sperma dan sel telur dan terjadi diluar tubuh ikan (eksternal). Umumnya pemijahan dalam usaha pembenihan dilakukan yaitu untuk melestarikan dan mendapatkan benih unggul yang nantinya dapat memiliki harga jual, sedangkan untuk usaha pembesaran pemijahan dilakukan untuk mendapatkan calon indukan baru yang lebih berkualitas (Khairuman, 2002). 

        Pemijahan yang telah digunakan oleh para petani atau peternak ikan lele dapat dilakukan dengan tiga macam cara yaitu, 

1. pemijahan alami (natural spawning), 


2. pemijahan semi alami (induced spawning) dan


3. pemijahan buatan (induced breeding). 

        Menurut studi pendahuluan dengan mewawancarai petani dan peternak ikan lele mutiara (Clarias gariepinus) hasil yang didapatkan lebih banyak memilih teknik pemijahan secara alami. Hal ini didukung oleh pernyataan menurut Susanto (2011) yang menyatakan bahwa petani lebih banyak melakukan metode pemijahan secara alami maupun semi alami. Hal ini dilakukan untuk menekan dan menghemat total biaya produksi. Teknik Pemijahan Alami yaitu teknik pemijahan tanpa melibatkan bantuan dari manusia pada saat proses pemijahan yang dilakukan dengan cara menyeleksi indukan terlebih dahulu yang sudah matang gonad dengan perbandingan jantan dan betina 1 : 1, kemudian induk jantan dan induk betina diletakkan kedalam kolam 10 khusus pemijahan dan didalam kolam tersebut sudah dimasukkan alat kakaban (ijuk yang diapit oleh bambu) guna menempelnya telur setelah proses pemijahan, kemudian proses pemijahan memerlukan waktu 1 x 24 jam (Susanto, 2011). 

        Umumnya ikan lele memijah pada malam hari, karena ikan lele memijah pada saat suasana tenang. Hal ini sesuai dengan pendapat menurut Effendi (2003) menyatakan bahwa induk jantan dan betina pada sore hari dimasukkan kedalam kolam pemijahan dan kolam ditutup agar ikan tidak loncat keluar. Ikan lele memijah pada saat malam hari, dan pada pagi harinya setelah telur ikan keluar maka masing-masing induk jantan dan betina dipindahkan pada kolam indukan kembali. Teknik Pemijahan Semi Alami, teknik pemijahan ini memiliki metode yang hampir sama teknik pemijahan buatan, dimulai dengan cara merangsang indukan betina dengan menggunakan tambahan suntikan kelenjar hipofisa atau suntikkan hormon jenis ovaprim kemudian dipijahkan alami dalam satu kolam khusus pemijahan. Perbedaan pemijahan semi alami dengan pemijahan buatan yaitu terdapat pada proses setelah melakukan penyuntikkan hormon, kemudian indukan jantan dan betina diletakkan kedalam kolam pemijahan hingga proses pembuahan selesai dan telur menempel pada kakaban yang telah disediakan.

        Sedangkan pada proses pemijahan buatan dilakukan dengan mengambil sel sperma indukan jantan dan sel telur indukan betina kemudian proses dilakukan diluar kolam pemijahan atau diwadah khusus sampai proses pembuahan selesai kemudian ditebar kedalam kolam pemijahan hingga telur menetas (Susanto, 2011). Teknik Pemijahan Buatan yaitu dilakukan dengan cara merangsang indukan betina dengan menggunakan tambahan suntikan hormon seperti ovaprim untuk mempercepat matangnya gonad, kemudian dipijahkan secara buatan. Pada 11 pemijahan buatan, induk betina dan jantan yang digunakan adalah dengan perbandingan 1 : 1 (sel telur dari 1 kg indukan betina dapat dibuahi dengan sperma dari indukan jantan 1 kg) dan dilakukan diluar kolam pemijahan. 

        Metode pengambilan sperma indukan jantan yaitu dengan melakukan pembedahan dimulai dari bagian anus hingga kebelakang insang dan dipotong secara vertikal tepat dibelakang insang sehingga ikan terpisah antara badan dan kepala (Susanto, 2011). Hal ini sesuai dengan pendapat menurut Hernowo (2008) pengambilan kantung sperma dengan cara pembedahan pada indukan jantan dimulai dari anus dengan menggunakan garis diagonal seperti huruf “Y”. Kantung sperma berjumlah 2 buah kemudian dipotong dan diencerkan dengan menggunalkan Nacl sebanyak 50 ml. Cairan sperma hanya dapat digunakan dalam jangka waktu kurang lebih 2 menit. Hal ini sesuai dengan pendapat menurut Gusrina (2008) bahwa sperma yang telah dihaluskan hanya dapat bertahan kurang lebih 1 menit dan cairan berwarna keruh. Metode pengambilan sel telur indukan betina yaitu dengan menggunakan teknik Streeping/Pengurutan, dilakukan setelah 24 jam penyuntikkan hormon. Teknik pengurutan dilakukan dengan cara mengurut perut dari arah kepala ke arah lubang genital sampai dapat dirasakan sel telur telah habis. 

        Setelah proses Streeping kemudian melakukan penghitungan fekunditas telur yang dihasilkan dengan cara menimbang berat indukan betina sebelum proses Streeping dikurangi berat setelah proses Streeping. Setelah itu melakukan pembuahan dengan cara mencampurkan sel sperma dan sel telur pada wadah yang telah disiapkan. Pembuahan berlangsung cepat karena sperma hanya aktif bergerak dan bertahan hidup kurang lebih satu menit setelah terkena air. Setelah itu telur yang 12 telah dibuahi ditebar secara merata pada kolam khusus pemijahan hingga proses penetasan telur terjadi (Susanto, 1999). 2.1.1 Seleksi Indukan Seleksi induk yang siap dipijah perlu dilakukan karena tidak semua ikan lele mutiara (Clarias gariepinus) yang terdapat pada kolam indukan siap untuk dipijahkan (matang gonad). Hal ini didukung dengan pernyataan menurut Darseno (2010) tidak semua induk yang dipelihara dikolam indukan siap dipijahkan, hanya ikan lele yang memiliki syarat tertentu yang boleh dipijahkan.

         Indukan ikan lele mutiara (Clarias gariepinus) yang siap untuk dipijahkan minimal berumur 1 tahun. Pemilihan indukan ikan lele yang baik menurut Andrianto (2005) dan memenuhi syarat seperti berikut:
 1. Induk jantan dan induk betina tidak berasal dari satu indukan, hal ini menyebabkan kualitas telur kurang baik. 
2. Reproduksi ikan lele antara lain umur minimal 1 tahun, berat 0,7-1 kg dan panjang 25-30 cm (betina) sedangkan umur minimal 1 tahun, berat 0,5-0,75 kg dan panjang 30-35 cm (jantan). 
3. Induk diambil dari benih yang dibesarkan dalam kolam dengan air, suhu dan pH yang tetap sehingga indukan terbiasa dengan suasana lingkungan kolam. 
4. Berumur lebih dari satu tahun untuk indukan betina, dan lebih dari delapan bulan untuk indukan jantan. 
5. Memiliki badan simetri, tidak cacat, tidak luka, dan lincah. 
6. Telah matang gonad. Metode yang dilakukan pada saat menyeleksi indukan yaitu dengan cara mengamati dan mengurut bagian perut bawah hingga kelubang urogenital. 

        Indukan jantan memiliki ciri yaitu warna pada kelaminnya terlihat kemerahan, bentuk 13 urogenitalnya meruncing, bentuk tulang kepala lebih mendatar (pipih), warna dasar tubuh ikan sebelum matang gonad berwarna hitam dan jika sudah matang gonad maka ikan tersebut akan berubah warna menjadi lebih hitam dari sebelumnya, perut tetap meruncing dan bila diurut kearah bagian urogenitalnya akan mengeluarkan cairan berwarna putih susu. Sedangkan indukan betina memiliki ciri warna alat kelamin terlihat kemerahan, bentuk urogenitalnya membulat, bentuk tulang kepala agak cekung, warna tubuh lebih cerah dari pada warna biasa, perut membesar dan bila diurut akan mengeluarkan telur berwarna kuning kehijauan.